Durian Pelang asli Kudus, Rasanya Manis Pahit Bikin
Ketagihan
Selain buah parijoto, kopi muria, dan jeruk pamelo, di
Kecamatan Dawe Kudus, durian menjadi salah satu buah yang menjadi primadona.
Buah musiman ini sebenarnya hampir merata ada di wilayah Kecamatan Dawe, Kudus. Namun
sentralnya ada di dua desa. Desa Margorejo dan Rejosari.
Tak salah durian dijuluki sebagai raja buah. Rasanya yang
unik dengan bau khas menyengat membuat orang ketagihan. Belakangan banyak
festival durian digelar di berbagai daerah.
Warga Dusun Pelang, Desa Margorejo, Kecamatan Dawe,
Kabupaten Kudus tak mau ketinggalan. Untuk mengangkat brand durian pelang
menggelar festival durian setiap musim panen. Bekerja sama dengan pemerintah desa dan pemerintah
daerah menggelar festival ngunduh durian setiap musim panen. Hal ini dilakukan
dalam upaya menggaungkan potensi unggulan yang ada. Tahun kemarin, acara
dipusatkan di kolam Redi Ayu Margorejo.
Festival si raja buah ini menjadi tonggak awal untuk
memopulerkan durian lokal Margorejo. Menurut Pendamping Kelompok Sadar Wisata
“GEMA” (Gerakan Endahing Margorejo Asri) Daud Samsudewa menyebut “Durian
Pelang” Margorejo memiliki ciri khas pada bentuknya yang bulat. Buahnya kesat.
Rasanya manis bercampur sedikit pahit. ”Acara ini sudah berjalan tiga tahun.
Kami akan terus upayakan setiap tahunnya untuk dipromosikan pada masyarakat
luas. Dengan begitu durian khas sini bisa dikenal,” ujarnya.
Berbeda dengan durian montong, durian jenis ini memiliki
ukuran yang relatif lebih kecil. Meskipun demikian, rasanya tak kalah nikmat. ”Untuk
kualitas, bisa diadu. Durian Pelang ini memiliki rasa yang digemari masyarakat.
Manis ada pahit-pahitnya,” kata Camat Dawe Amin Hidayat.
Setiap musim durian tiba, jalan-jalan di Dusun Pelang
dibanjiri lapak-lapak semi permanen menjajakan buah durian dan ace (semacam
rambutan). Hanya, tak semua durian yang dijual di lapak milik warga berasal
dari durian lokal Margorejo.
Ada saja pedagang durian di Pelang yang sengaja mendatangkan
durian luar daerah yang mungkin harganya lebih murah. Hal ini bisa menjadi
bumerang. Terlebih jika ternyata kualitas durian luar daerah tersebut jelek.
Pembeli yang datang bisa kecewa. Mereka yang sengaja datang
secara khusus untuk mencari Durian Pelang, ternyata mendapat durian yang tak
sesuai keinginannya. Untuk mengikis praktik nakal itu, warga berinisiatif
menggelar festival durian.
Potensi Durian Pelang cukup besar. Rata-rata produksi
mencapai 30-40 buah per pohon. Harga jualnya rata-rata Rp 50 ribu – Rp 70 ribu.
Daud yang dosen Undip Semarang mendorong agar Durian Pelang mampu dibranding
sehingga bisa bersaing dengan durian-durian luar daerah.
Ke depan, warga didorong untuk menyebut Durian Pelang
sebagai durian Margorejo. Langkah ini menjadi cara khusus untuk membranding dan
mengangkat potensi durian lokal Desa Margorejo. Festival durian itu pun dikemas
sebagai atraksi wisata menuju desa wisata Margorejo.
Selain menjual durian dengan harga terjangkau, panitia juga
menggelar lomba durian. Setiap pemilik pohon durian membawa sebanyak tiga buah
durian dari pohonnya. Buah durian warga dinilai dari bentuk, warna kulit,
keseragaman ukuran, keseragaman rasa, warna daging dan buah serta keseragaman
bau. Dari penilaian itu diharapkan muncul standar durian pelang
yang nantinya bisa dijadikan acuan petani untuk hanya menghasilkan durian
Margorejo berkualitas.
Desa Margorejo merupakan salah satu desa di kaki gunung
Muria. Desa Margorejo terdiri dari 7 dusun, meliputi Dusun Pelang, Gading,
Karangpanas, Paseran, Bandungan, Buyutan dan Gentungan. Cukup mudah untuk
mencapai desa itu. Banyak akses jalan dengan aspal mulus dan lebar yang
dibangun oleh pemerintah menuju Margorejo.
Dengan meningkatnya brand Durian Pelang diharapkan semakin
banyak warga yang tertarik berkunjung ke sentra durian di Kecamatan Dawe. Dan
mencicipi langsung buah durian pelang khas Margorejo Kudus. Upaya branding durian
ini membutuhkan dukungan dari
masyarakat. Baik para petani maupun para pedagang durian.
Salah satu petani durian Munawaroh mengatakan, perawatan
tanaman durian cukup mudah. Hal inilah yang membuatnya tergiur untuk
menanamnya. Selain menyirami, dirinya hanya memberikan pupuk kandang sebagai
tambahan nutrisi. ”Kalau pohonnya sudah besar sangat mudah. Hanya disiram dan
diberi pupuk,” katanya.
Untuk sekali panen, satu pohon bisa menghasilkan hingga
seratus buah. Untuk pemasarannya, dirinya mengaku sudah memasrahkannya kepada
pemborong. Dari hasil panen durian, hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya.
Bercitarasa Unik, Durian Pelang Bakal Dipatenkan
Belum lama ini, Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertanpangan)
Kabupaten Kudus membeberkan bahwa salah satu hasil kekayaan alam kabupaten ini,
yakni Durian Pelang akan dipatenkan sebagai produk lokal unggulan Kota Kretek. “Ini duku sumber masih berproses. Setelah ini kita akan
daftarkan durian pelang sebagai produk unggulan Kabupaten Kudus,” ujar Catur
Sulistiyanto usai membuka acara Ngunduh Durian di Lapangan Desa Margorejo,
Kecamatan Dawe, Ahad 22/12/2019.
Catur menyebut, pematenan produk unggulan di Kudus ini
menjadi bukti keseriusan Pemkab dalam melestarikan dan mengembangkan kekayaan
lokal yang ada. “Karena ini adalah aset Kabupaten Kudus, makanya kita
patenkan. Jangan sampai didahului daerah lain,” tegasnya.
Terlebih, durian pelang sudah sangat populer ditelinga
masyarakat Kudus dan sekitarnya. Hingga ratusan masyarakat lokal maupun luar
kota, rela berdatangan ke dukuh Pelang, Desa Margorejo untuk menyantap dan
menikmati langsung durian khas dari kota kretek itu.
Menurut Catur, tekstur durian pelang yang kesat dan cita
rasanya yang unik, yakni legit namun sedikit pahit. Membuat durian ini menjadi
primadona dikalangan pecinta durian. Sementara untuk harganya, durian ini
tergolong cukup ekonomis yaitu sekitar Rp. 35 – 70 ribu perbuahnya tergantung
ukurannya.
Untuk proses pematenan akan diajukan ke Kementrian Pertanian
melalui Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Provinsi Jawa Tengah.
Dimana nantinya akan dilakukan pengamatan oleh BPSB Prov Jateng terlebih dahulu
terkait fase bunga pada pohon induk hingga berbuah.
Diprediksi fase berbunga akan mulai antara Oktober –
November mendatang. Sementara puncak panen buah duku sumber, diperkirakan akan
terjadi sekitar Januari. “Sebelum kita daftarkan, ini mau kita kaji dulu mengenai
sejarahnya, karakteristiknya dan keunikannya,” terang dia.
Angin segar ini, tentu disambut baik oleh Kepala Desa
Margorejo, Sumirkan. Dengan adanya wacana pematenan durian pelang ini, dia
berharap kedepan pelestarian buah asli Margorejo itu bisa kian digalakkan. “Selama ini, durian pelang hanya dipelihara warga secara
mandiri di pelataran rumah. Jika ini terealisasi, nantinya bisa disingkronkan
dengan progam desa. Seperti pembudidayaan durian pelang hingga penanganan pasca
panennya,” pungkasnya.
Sumirkan tidak menampik, jika durian asal desanya itu
memiliki cita rasa yang nikmat dan pangsa pasar yang luas. Dengan pematenan ini
diharapkan juga dapat mendongkrak target market dari durian pelang.*** Dirangkum dari berbagai sumber