Dari Alun-Alun Simpang Tujuh Kudus, berkendaralah ke arah barat melalui Jalan Sunan Kudus. Sesampai di Jembatan Kali Gelis, dengan Rumah Kembar yang berada di kanan kiri jembatan, teruslah melewati perempatan Menara Kudus, hingga sampai di perempatan atau bangjo Jember, beloklah ke kanan (arah utara) memasuki ke jalan Jalan KHR Asnawi, kurang lebih 300 meter dari Bangjo Jember, di arah kiri anda akan dapat menjumpai Rumah Kapal – masyarakat setempat menyebutnya sebagai Omah Kapal. Dari jalan raya "Omah Kapal" sudah tidak bisa terlihat karena letaknya di belakang pabrik.
Yang dimaksud dengan Rumah Kapal atau Omah Kapal ini adalah sebuah bangunan besar yang memiliki bentuk konstruksi dan ukuran, sama persis seperti sebuah kapal penumpang. Seperti inilah kondisi awal dari bangunan Omah Kapal ini:
Bangunan (rumah) dengan bentuk unik yang berlokasi di Kelurahan Damaran Kudus ini merupakan bangunan kuno yang sebenarnya masih termasuk salah satu bangunan bersejarah di kota Kudus, selain Menara Kudus – tentu saja – dan Rumah Kembar di arah Selatan kanan kiri Jembatan Kali Gelis .
Sejarah Pembangunan Rumah Kapal
Menurut sejarahnya, bangunan kuno yang memiliki gaya arsitektur “modernisme” dengan sedikit pengaruh dari gaya “Streamline moderne” ini dibangun pada tahun 1930 oleh seorang pengusaha rokok tersukses dan terbesar di kota Kudus pada waktu itu, namanya M. Nitisemito.
Kesuksesan Nitisemito sebagai pengusaha rokok kretek dengan
merek Bal Tiga sebelum masa kemerdekaan, membuat sang maestro ini membangun
megah "istananya-istananya". Tak hanya satu, dia membangun Omah
(rumah) Kembar, dan satu Omah Kapal. Namun, ketiga istananya tersebut, kini
tampak tak terawat, bahkan, hampir roboh.
Di masanya, istana-istana Nitisemito sangat mentereng
dibanding dengan bangunan lain di Kudus, khususnya rumah hunian. Omah Kembar
dibangun di Jalan Sunan Kudus, Desa Demaan dan Janggalan, Kecamatan Kota.
Sedangkan Omah Kapal, ia bangun di Jalan KHR Asnawi, Desa Damaran, Kecamatan
Kota.
Omah Kembar dibangun masa kolonial Belanda dengan mengapit
Sungai Kaligelis. Jika dilihat dari arah utara, atau dari jembatan Kaligelis,
terlihat seperti rumah yang terbelah sungai. Rumah di sebelah barat, secara
administratif masuk ke Desa Demaan, sedangkan di sebelah timur, masuk ke Desa
Janggalan. Di dalam ke dua rumah tersebut terdapat berbagai perabot rumah yang
mewah, di antaranya bermacam piring dan guci. Dan yang membuat dua rumah itu
sangat dikenal, karena lantai rumah terbuat dari susunan uang logam.
Sedangkan Omah Kapal, dibangun pada sekitar tahun 1930.
Rumah yang dibangun dengan arsitektur modern tersebut, sangat mirip dengan
sebuah kapal laut. Rumah itu sengaja dibangun mirip dengan kapal laut untuk
mengenang perjalanan dirinya pada saat berangkat haji ke Mekah. Bangunan rumah
itu dibuat sangat mirip dengan kapal laut yang membawa Nitisemito saat
berangkat haji, dimana waktu itu transportasi satu-satunya yang digunakan dari Indonesia adalah dengan menggunakan kapal laut.
Eloknya, bangunan Rumah Kapal tersebut dibuat persis seperti bentuk
konstruksi kapal yang ditumpanginya sewaktu perjalanan ke Mekkah.
Meskipun dikombinasikan dengan sentuhan gaya bangunan modern (waktu
itu).
Namun, sayangnya, kondisi bangunan antik tersebut sudah
tidak terawat lagi. Atap bangunan telah roboh, beberapa bagian dinding roboh,
dan hampir tidak berbentuk lagi. Bahkan, sisa bangunan itu, kini dipenuhi
dengan tumbuhan rumput dan ilalanga. Omah Kapal, kini tidak bisa dilihat lagi
dari luar, karena tertutup tembok yang mengelilingi bangunan. Berdasarkan
pengamatan, kini, tempat tersebut dibuat untuk gudang pengolahan kayu.
Pada jamannya, bangunan yang memang berdiri dengan gagah ini sanggup menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat kota kudus dan sekitarnya. Bangunan Omah Kapal ini menjadi salah satu landmark Kota Kudus saat itu.
Bahkan hingga tahun 70-an masyarakat Kudus selalu menyebut “daerah Omah Kapal” untuk merujuk daerah di belakang Menara Kudus serta kelurahan Damaran dan sekitarnya. Bangunan-bangunan kuno buatan dan peninggalan M Nitisemito memang terkenal dengan kegagahan dan keindahannya. Selain bangunan Omah Kapal, bangunan Rumah Kembar Nitisemito adalah contoh lainnya.
Namun dengan seiring kejatuhan usaha M Nitisemito, bangunan ini kemudian kurang dirawat dan mangkrak. Bahkan saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Padahal bangunan kuno di kota Kudus yang sangat unik dengan nilai arsitektur yang sangat tinggi ini memiliki potensi yang sangat besar untuk dijadikan sebagai salah satu destinasi wisata. Khususnya wisata bangunan sejarah.
Bangunan Omah Kapal ini juga cukup pantas untuk dijadikan sebagai salah satu landmark dan ikon kota Kudus. Meski dengan segala kegagahan, keindahan dan keunikannya, Omah Kapal saat ini telah terlupakan.
Masuk Bangunan Cagar Budaya (BCB)
Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan, menyatakan, tiga istana Nitisemito itu
sebetulnya telah dinyatakan sebagai Bangunan Cagar Budaya (BCB), pada tahun
1998. Namun, kepemilikannya masih dipegang oleh perorangan, ahliwaris
Nitisemito. Berdasarkan Undang-Undang nomor 5 tahun 1992 tentang
Bangunan Cagar Budaya, seharusnya pemilik merawat bangunan bersejarah tersebut, begitu juga pemerintah daerah perlu memberikan perhatian khusus pada bangunan tersebut.
Selain itu, bangunan tersebut sebetulnya dapat
dijadikan salah satu destinasi wisata di Kudus. Selain Menara Kudus dan Museum
Kretek, bangunan tersebut dapat menarik wisatawan untuk datang ke Kudus,
menikmati bangunan-bangunan bersejarah yang mempunyai nilai edukasi.
Kudus sebagai kota industri, lebih spesifik sebagai Kota Kretek, ketiga
bangunan tersebut mempunyai nilai historisitas yang sangat tinggi. Dan
dapat menegaskan Kudus sebagai pelopor dan perintis industri rokok
kretek di Indonesia.
Berikut foto-foto yang menggambarkan betapa “merana”nya kondisi Omah Kapal saat ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar